Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Sabtu, 13 Desember 2008

Domestic Violence (Kekerasan)

Asuhan Keperawatan Klien dengan Domestic Violence (Kekerasan)

Konsep Kekerasan

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

1. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai, dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yang sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.

1. Faktor yang Melatarbelakangi

a. Psikologis (kejiwaan), kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

b. Perilaku reinforcement (penguatan /dukungan) yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menadopsi perilaku kekerasan.

c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)dan kontorol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).

d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan diotak turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Penyebab

· Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri

· Lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan

· Interaksi sosial

3. Tanda dan Gejala

Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh seseorang.

4. Pengobatan Medik

Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :

    1. Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
    2. Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
    3. Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
    4. Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
    5. Obat lain :Naltrexon, Propanolol

5. Penanganan Keperawatan

Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.
Strategi tindakan itu terdiri dari :

a. Strategi preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.

b. Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.

c. Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

Penyuluhan

Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluhan klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :

a. Bantu klien mengidentifikasi marah.

b. Berikan kesempatan untuk marah.

c. Praktekkan ekspresi marah.

d. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.

e. Identifikasi alternatif cara mengekspresikan marah.

Contoh kasus & askep klien gangguan jiwa dengan masalah utama perilaku kekerasan

Contoh kasus :

Ibu E, 42 tahun masuk RSJ dengan alasan mengamuk, membanting barang- barang, geliah tidak bisa tidur, berendam di kamar mandi selama beberapa jam(4jam). Klien telah tiga kali dirawat dengan alasan yang sama yaitu mengamuk. Berdasarkan data dari klien dan keluarganya, Klien biasanya amuk karena ditegur atas kesalahannya. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel, membanting – banting barang , merasa semua barang itu tidak ada harganya. Klien merasa sangat bersemangat, wajahnya tegang muka merah ketika menceritakan masalahya, terlebih lagi saat menceritakan suaminya yang sangat kejam dan sering memukulinya. Sewaktu klien hamil 6bulan suaminya menginjak – injak perutnya, suaminya menyuruh klien agar menggugurkan kandungannya sehingga klien ngamuk dan membanting karaoke. Sejak itu suaminya pergi meninggalkan klien dan tidak kembali sampai sekarang. Kakak dan adiknya adalah dokter dan sarjana hukum. Klien merasa minder bila berada dalam lingkungan keluarga.

Menurut keluarganya (ibu dan adiknya) klien udah marah, cepat tersinggung, dan selalu merusak lingkungan(membanting barang)sejak gagal dalam pendidikan dan perkawinannya. Ayah klien mengatakan sudah frustasi mengahadapi perilaku anaknya. Klien juga biasanya hanya berendam di kamar mandi berjam – jam saat marah. Bila sedang marah, ayah klien semakin memarahinya sehingga membuatnya mengamuk. Klien tidak mau mandi bila tidak disuruh. Klien tampak kotor, rambut kotor dan kusut, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam, kulit banyak daki dan kering. Klien mengatakan malas mandi dan mandi kalau perlu saja. Sehabis mandi masih tampak kotor.

· Masalah keperawatan untuk kasus diatas meliputi :
1. Resiko cedera

2. perilaku kekerasan

3. gangguan konsep diri; harga diri rendah kronis

4. Gangguan pemeliharaan kesehatan

5. Deficit perawatan diri; mandi dan berhias

6. ketidakefektifan koping keluarga; ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah

7. ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

· Diagnosa Keperawatan :

1. Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan

2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis

3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan deficit perawatan diri mandi dan berhias

4. Ketidakefektifan pelaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat klien

· Intervensi

Contoh intervensi untuk diagnosa Resiko perilaku mencederai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan dalam hal mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan adalah

v Diskusikan kegiatan fisik yang dapat dilakukan kien

v Beri pujian atas kegiatan fisik yang bias dilakukan klien

v Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu ; tarik napas dalan dan pukulkasur serta bantal

v Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan klien

v Beri contoh kepada klien tentang cara menarik napas dalam

v Minta klien untuk mengikuti caontoh yang diberikan sebanyak 5 kali

v Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik napas dalam

v Tanyakan perasaan klien setelah melakukannya

v Anjurkan klien untuk melakukan cara yang telah dipelajari saat marah / jengkel

v Lakukan & ajarkan klien untuk cara afisik lainnya seperti diatas pada pertemuan berikutnya

v Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien

v Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajarinya

v Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan , cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan cara mengisi jadwal kegiatan harian (self- evaluation)

v Validasi kemampuan klien dalam melakukan latihan

v Beri pujian atas keberhasilannya

v Tanyakan pada klien:”apakah kegiatan cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah?”


1 komentar:

Proud To Be Ners mengatakan...

wahh,,semangat teruss nglanjutin
jiwa blogger nyaa!!!