ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI MASALAH PSIKOSOSIAL: DOMESTIC VIOLENCE DAN ANGER
Konsep Marah
1. Pengertian
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (stuart dan Sunden,1987:563). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk dapat mengerti perasaan yang sebenarnya.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit klien sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan,misalnya fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit, control diri yang diambil alih oleh orang lain, menderita sakit, peran yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, pelayanan perawat yang terlambat dan banyak hal lain yang meningkatkan emosi klien.
2. Rentang respon kemarahan
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptive
Adaptif Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK
v Assertion adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain yang tidak akan menimbulkan masalah.
v Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
v Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
v Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkonrol.
v Ngamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan control diri.
Proses kemarahan
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu
· Mengungkapkan perasaan verbal
· Menekan
· Menantang.
Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada system individu (Disruptionand Loss). Untuk itu bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau mengjengjelkan tersebut (personal meaning).
Bila seseorang mempunyai personal meaning positif, maka dia akan dapat melakukan kegiatan secara positif (compensatory act) dan tercapai perasaan lega (resolution). Namun bila dia gagal dalam memberikan makna/ personal meaning negatif maka akan muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness). Perasaan itu akan memicu timbulnya kemarahan (anger). Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway) dengan kegiatan yang kontruktif (contructive action) dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed outway) dengan kegiatan destruktif (destrcutive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (guilt). Kemarahan yang dipendam (ekspressed inward ) akan menimbulkan gejala psikosomatis (painful symptom).
Peran Perawat pada Klien Marah
1. Pengkajian
Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditujukan pada semua aspek, yaitu biospiritual-kultural-spiritual.
Aspek Biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi, wajah merah, pupil melebar, dan frekuansi pengeluaran urin meningkat. Hal ini disebabkan energy yang dikeluarkan saat marah bertambah.
Aspek Emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin bekelahi, ngamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahgunakan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, dan penyimpangan seksual.
Aspek Intelektual
Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses intelektual. Peran pancaindera sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman.
Aspek Social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain.
Aspek Spiritual
Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu.aspek tersebut mempengarui hubungan individu dengan lingkungan. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha esa, selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepada-Nya.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa kemungkinan diagnosa keperawatan :
- Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti orang lain, sehubungan dengan tidak mengetahui cara ungkapan yang dapat diterima, dimanifestasikan dengan marah disertai dengan suara keras pada orang sekitar.
- Gangguan komunikasi sehubungan dengan perasaan marah terhadap situasi dan pelayanan yang diterimanya yang dimanifestasikan dengan menghina atau menyalahkan perawat, seperti “Anda seharusnya disini sejak sejam yang lalu”.
- Penyesuaian yang tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengkonfrontasikan kemarahan, dimanifestasikan dengan mengucapkan kata-kata kasar berlebihan.
- Penyasuaian yang tidak efektif sehubungan dengan penolakan rasa marah yang dimanifestasikan dengan kata-kata : “Saya tidak pernah marah”.
- Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan dengan keinginan yang bertolak belakang dengan perawatan rumah sakit, dimanifestasikan dengan menolak mengikuti peraturan rumah sakit dan ingin memukul orang lain.
- Mempunyai potensi untuk mengamuk pada orang lain sehubungan dengan fungsi kontrol otak yang terganggu akibat adanya gangguan neurologis otak yang dimanifestasikan dengan bingung dan hipersensitif terhadap rangsangan interpersonal.
- Kekuatan marah yang berkepanjangan sehubungan dengan diagnosa baru, situai baru dan informasi yang kurang.
3. Intervensi dan Implementasi Keperawtan
Kesadaran Diri Merawat
Bagi perawat yang mempunyai pengetahuan tentang kemarahan akan dapat membantu klien untuk mengatasi kemarahan. Bagi staf harus menyadari bahwa klien dapat mengungkapkan marah dengan tidak bermusuhan dan memberi dukungan atas ungkapan tersebut. Perawat perlu memahami perasaan sendiri dan reaksinya terhadap kemarahan klien.
Kontrol Terhadap Kekerasan
Perawat perlu mengembangkan kemampuannya mengatasi tingkah laku klien yang tidak terkontrol. Dengan empati dan pengamatan yang cermat dan tingkah laku klien, perawat dapat mengantisipasi ledakan kemarahan klien.
Aspek Biologis
Memberikan cara menyalurkan energi kemarahan dengan cara yang konstruktif melalui aktivitas fisik seperti : lari pagi, angkat berat, dan aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga
Aspek Emosional
Perawat dapat membantu klien yang belum mengenal kemarahannya dengan menyatakan seperti ”Bapak tidak tenang atau ibu marah”. Hal ini mendorong klien mengenal perasaan marahnya.
Aspek Intelektual
Ketika seseorang tiba-tiba marah ia perlu diarahkan pada batas orientasi ”kini dan di sini”, pada situasi seperti ini perawat dapat ;
1. Menghadapi intensitas kemarahan klien
2. Mendorong ungkapan rasa marah klien
3. Membuat kontak fisik dengan klien
4. Menyertakan klien dalam kelompok
5. Memeriksa keadaan fisik klien
6. Kalau perlu menjaga jarak untuk melindungi diri
7. Memberikan laporan pada perawat yang dinas berikutnya.
Aspek Sosial
Bermain peran memungkinkan klien mengeksplorasi perasaan marah dengan melakukan :
1. Mengkaji pengalaman marah masa lalu
2. Bermain peran dalam mengungkapkan marah
3. Mengembangkan cara pengungkapan marah yang konstruktif
4. Mempelajari cara menintegrasikan pengalaman
5. Membagi perasaan deengan anggota kelompok bermain
Aspek Spiritual
Bila klien marah kepada Tuhan atau kekuatan supranatural karena yakin bahwa penyakitnya adalah hukuman dari Tuhan, maka perawat memberi dorongan agar klien mengungkapkan perasaannya atau memanggil pemimpin agama bila perawat merasa tidak adekuat.
4. Evaluasi
Fokus evaluasi adalah cara ungkapan kemarahan, ketepatan marah, kesesuaian objek, kesamaan derajat ungkapan marah dengan faktor pencetus dan kesadaran klien terhadap proses yang dialam, sehingga jika fase marah telah selesai, klien dapat melalui fase berikut sampai dapat menerima keadaan penyakitnya dan dapat menggunakan penyesuaian yang efektif.
5. Fungsi Positif Marah
- Fungsi energi : Marah dapat meningkatkan energi
- Fungsi ekspresi : Ekspresi marah yang aseratif à sehat
- Self Promotional Function : Marah untuk menunjukan harga diri à memproyeksikan konsep diri
- Fungsi defensif : Kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi kecemasan yang meningkat karena konflik eksternal à setelah marah à lega.
- Potentiating Function : Kemarahan dapat meningkatkan potensi
- Fungsi Diskriminasi : Membedakan ekspresi seseorang : marah, sedih atau gembira
6. Respon Perawat Terhadap Kemarahan Klien
Dalam kajian kesehatan mental, pasien dengan kepribadian antisosial dan perilaku menyimpang menunjukkan celaan, intoleransi, dan gangguan moral secara umum yang lebih besar dari pasien-pasien lainnya. Sebagai seorang yang membutuhkan pertolongan, klien-klien tersebut terlihat seakan memiliki moral yang lemah. Namun disisi lain, mereka sebenarnya sanggup untuk mengatasi permasalahannya jika ia mau berusaha. Hal yang paling efektif dalam membantu klien adalah dengan sering memperbaiki diri klien itu sendiri melalui kesadaran diri dan pemahaman sikap manusia.
Respon Terhadap Keluarga
Perawat juga dapat memberi respon sama terhadap keluarga seperti terhadap klien. Beberapa hal perlu dikaji:
- Warisan keluarga dari generasi ke generasi
- Pola hubungan keluarga yang memudahkan klien berperilaku menyimpang
- Kurangnya perhatian dan pendidikan keluarga
- Terlalu overprotektif
2 komentar:
wahh,,ini teh nyata???
memperebutkan apa gerangan???
memperebutkan mobil yg ada diparkiran kali,hihihi....
Posting Komentar